nusakini.com--Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin menilai Islam Indonesia menemukan momentumnya untuk disosialisasikan di Eropa. Pasalnya, Eropa dan komunitas Muslim di sana sering mengalami ketegangan hubungan, saling mencurigai. Untuk itu, promosi Islam Indonesia saat ini menjadi sangat relevan untuk konteks Eropa. 

Hal ini disampaikan Kamaruddin Amin saat menjadi Keynote Speech pada "The 1st Biennial International Conference on Moderat Islam In Indonesia" di Vrije Universiteit, Amsterdam Belanda, Senin (27/3). Konferensi internasional yang mengangkat tema "Rethinking Indonesias Islam Nusantara: From Local Relevance to Global Significance" ini digelar Pengurus Cabang Internasional Nahdlatul Ulama (PCI NU) Belanda bekerjasama dengan Kementerian Agama. 

"Masalah integrasi dan asimilasi Islam dan budaya Eropa menjadi isu yang cukup sentral di Eropa hari ini. Disatu sisi orang Eropa menganggap Islam tidak sesuai dengan budaya Eropa yang moderen, demokratis, toleran, menghargai perbedaan, sehingga sering muncul Islamphobia, disisi lain, umat Islam sangat memcurigai budaya Barat yang serba bebas, diskriminatif, tidak islami dan seterusnya," ujarnya. 

• Indonesia Berpotensi Jadi Kiblat dan Destinasi Kajian Islam di Dunia

Hal ini, menurut Kamaruddin, membentuk pola relasi yang sangat tidak produktif. Karenanya, promosi Islam Indonesia atau Islam Nusantara menjadi relevan dan kontekstual. 

Menurut Guru Besar UIN Alauddin Makassar ini, Islam Nusantara merupakan adalah salah satu bentuk artikulasi implemtasi Islam secara empiris sebagai produk dialektika antara Islam dan budaya lokal Indonesia. 

Adalah tidak realistis mengharapkan satu jenis Islam yang diimplementasikan secara universal. Sebab, kata Kamaruddin, meski memiliki nilai universal dan sumber yang sama (Al Quran dan Hadis), Islam harus berdialog dengan partikularitas masalah di mana Islam diimplemtasikan. Akibatnya, implementasi Islam di Saudi berbeda dengan Islam Indonesia, begitu juga dengan Islam di Eropa dan Amerika. 

"Islam harus mengalami akulturasi budaya agar bisa dengan mudah diterima di masyarakat. Islam Nusantara adalah salah satu contoh yang berpotemsi menjadi model untuk diimplemtasikan ditempat lain," tandasnya. (p/ab)